Perawatan Kulit

slide

mas dian

Pelatihan Konservasi Air dan Pengolahan Sampah di SMAN 04 Jakpus

Mas Dian

Mesjid Agung

Mas Dian

Mata Setan

Cerdas Memilih

Pilih Pemimpin Yang Pro Rakyat

Manfaatkan Air Hujan

Banjir Dapat Teratasi

Rabu, 20 Juni 2018

7 Masalah Kecantikan yang Pasti Pernah Anda Alami

7 Masalah Kecantikan yang Pasti Pernah Anda Alami: Garis eyeliner tak seimbang, jerawat tiba-tiba muncul, hingga lipstik menempel di gigi? Selalu ada saja momen-momen di mana rasanya semua hal dalam riasan Anda berjalan salah. Namun jangan panik, berikut cara untuk mengatasinya.

Kamis, 26 Desember 2013

Definisi Kemiskinan Ala Indonesia

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2008, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 35 juta jiwa. Sebagai contohnya, rekan Rohmatin Bonasir dalam laporan seri ini memotret dua rumah tangga miskin di pinggiran Jakarta. Keluarga Pak Hari -seorang nelayan yang tidak bisa melaut lagi karena harga bahan bakar tinggi-- tinggal bersama istri, tujuh anak dan belasan cucu di gubuknya yang mungil. Adapun keluarga Sainah hidup dari berdagang buah keliling. Sejak sore hingga hampir tengah malam, Sainah mendorong gerobaknya. Penghasilan kedua keluarga tersebut sering lebih kecil dari pengeluaran. "Ya hutang-hutang," kata istri Pak Hari, Darinah Beda penafsiran Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan, mengatakan seseorang dianggap miskin apabila dia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal. Kebutuhan hidup minimal itu adalah kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan dalam takaran 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan minimal non makanan seperti perumahan, pendidikan, kesehatan dan transportasi. "Jadi ada kebutuhan makanan dalam kalori dan kebutuhan non makanan dalam rupiah. Kalau rupiahnya yang terakhir adalah Rp 182.636 per orang per bulan," kata Rusman Heriawan kepada BBC. Dengan definisi itu, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2008 mencapai 35 juta jiwa. Angka itu merupakan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, Susenas dengan sampel hanya 68.000 rumah tangga, padahal jumlah rumah tangga di Indonesia mencapai 55 juta. Menurut ahli statistik dari Institut Teknologi Surabaya, Kresnayana Yahya, cara pandang pemerintah terhadap kemiskinan tidak mencerminkan realitas. "Ada yang tidak diperhitungkan, perusak-perusak kalori. Orang merokok bisa enam sampai tujuh batang. Itu sebenarnya negatif. Dia bisa mengatakan belanjanya sekian, tetapi di dalamnya ada enam-tujuh batang rokok," kata Kresnayana Yahya. Menjadi isu politik Jumlah dan garis kemiskinan versi BPS sering menjadi perdebatan dan menjadi isu politik yang panas. Kalau untuk melihat seperti apa profil kemiskinan di suatu negara, yang digunakan adalah garis kemiskinan nasional. (Vivi Alatas) Terutama di musim kampanye seperti tahun 2008, para politisi gemar mengutip garis kemiskinan Bank Dunia sehingga menurut mereka, jumlah penduduk miskin dua kali lebih besar. Tetapi ukuran Bank Dunia itu, kata ekonomnya di Jakarta, Vivi Alatas, digunakan untuk kepentingan berbeda. "Kalau untuk melihat seperti apa profil kemiskinan di suatu negara, yang digunakan adalah garis kemiskinan nasional. Tetapi Bank Dunia juga mempunyai tugas mengalokasikan dana ke beberapa negara miskin. Untuk itu butuh garis kemiskinan yang bisa diperbandingkan antar negara yang biasa dikenal dengan 1 dolar pp to 2 dolar pp," jelas Vivi. Namun, lanjut Vivi, pengertian nilai dolar tersebut bukan dolar dengan nilai tukar riil. "Kalau di Indonesia berapa rupiahnya yang dibutuhkan untuk membeli barang dan jasa yang sama dengan satu yang dolar yang bisa dibeli di Amerika. Jadi kalau ditanya berapa jumlah orang miskin di Indonesia, 35 juta," tambahnya. Persoalannya data itu diambil sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak, kata peneliti di lembaga penelitian SMERU, Sirojuddin Arif. "Biasanya kenaikan BBM itu efeknya panjang, kenaikan hargadan kadang ada PHK, daya beli masyarakat turun, orang miskin meningkat," jelas Sirojuddin. Deputi Menteri Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan, Bappennas, Bambang Widianto mengatakan, kunci utama untuk menekan angka adalah beras. "Kalau kita bisa menjaga beras itu stabil dan kita bisa memberikan bantuan-bantuan yang langsung kepada orang miskin, angka pasti menurun angka kemiskinan," tegasnya. Jumlah dan garis kemiskinan mungkin akan terus diperdebatkan, namun yang jelas persoalan ini merupakan masalah besar di Indonesia. Sumber : http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2009/12/091125_poverty1.shtml

Kamis, 12 September 2013

Jokowi dan Basuki (A Hok) sebaiknya Wisata ke Bantar Gebang

Pak Jokowi dan pak Basuki (A Hok) sekali waktu wisata dunk ke Bantar Gebang. Biar anda berdua bisa lihat langsung sebesar apa lahan yang ada disana dan apa sudah benar cara pengolahnnya. Lahan sebesar apapun jika pengolahannya tidak benar akan sia-sia jadinya. Buktinya yang terjadi di Bantar Gebang tumpukan sampah menjulang tinggi bak gunung Merapi yang sewaktu-waktu bisa meletus (longsor) akibat sitem pengolahan yang amburadul. Celakanya ada tumpukan sampah yang disulap jadi perbukitan yang diatasnya ditanami rerumputan.......hmm........ngeriiiiiiiii. Sebaiknya sitem Angkut Buang Olah (ABO) itulah yang dibenahi untuk mengatasi masalah persampahan. Rasanya percuma saja jika selama ini baik di perkantoran, sekolah dan tempat hiburan dll disediakan tempat sampah ada yang organik dan non organik tapi begitu petugas sampah datang dengan mobilnya berwarna kuning, maka sampah-sampah yang telah dipilah semuanya masuk menjadi satu kedalam mobil pengangkut sampah dan menjadi satu tempat berwarna kuning.......kwkwkwkwkwk. Apa pak Jokowi dan pak Basuki memperhatikan itu.......tanya saja pada diri anda masing-masing pak bro........ha ha ha. Saya berani jamin hal tersebut luput dari perhatian anda berdua pak Jokowi dan pak Basuki (A Hok).......he he he bener toh. Jadi perlu diingat pak Jokowi dan pak Basuki (A Hok) lahan sebesar apapun jika sistem pengolahannya tidak benar ya namanya pemborosan bukan malah hemat.

Senin, 22 April 2013

Dugaan Bancaan APBD DKI 2010,2011,2012 oleh DPRD DKI Jakarta

Ada apa sebenarnya dengan DPRD DKI Jakarta yang ngotot agar proyek Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang untuk diselesaikan. Nilai proyek jalan layang Pangeran Antasari-Blok M mencapai Rp 1,28 triliun yang dibagi dalam lima paket pengerjaan proyek. Yakni, paket pertama Pasar Cipete senilai Rp 309 miliar yang dikerjakan pengembang PT Pembangunan Perumahan, paket kedua Cipete Utara senilai Rp 245 miliar yang dikerjakan PT Yasa, paket ketiga Brawijaya senilai Rp 246 miliar yang dikerjakan PT Hutama Karya dan Nindia Karya, paket keempat Prapanca senilai Rp 243 miliar dikerjakan PT Modern Lampiri dan paket kelima Lapangan Mabak senilai Rp 245 miliar dikerjakan PT Waskita. Dari rencana semula pekerjaan konstruksi fisik mulai dilakukan pada 22 November 2010. Waktu pelaksanaan pembangunan fisik dilaksanakan selama 630 hari atau sekitar 1 tahun 7,5 bulan ungkap Kepala Bidang Jembatan Dinas Pekerjaan Umum DKI, Ir.H. Novizal,MT kala itu.(Repuklika.co.id), Jakarta. Kenyataan yang ada proyek Jalan Layang Non Tol Kampung Melayu-Tanah Abang belum juga selesai. Pertanyaannya kemana anggaran Rp.1,28 triliun menguap......yang konon sudah dihitung matang oleh para pakar semasa Fauzi Wibowo menjabat Gubernur DKI Jakarta. Saat ini bahkan DPRD menyediakan lagi anggaran yang dianggarkan dari APBD DKI 2013 yaitu pembangunan jalan layang paket KH Mas Mansyur Rp 64 miliar, paket Casablanca Rp 2 miliar, paket Jalan Prof Dr Satrio Rp 21,5 miliar, anggaran pembangunan ramp on (tanjakan) ramp off (turunan) barat Rp 1,5 miliar dan ramp on off timur Rp 12,5 miliar. Total untuk penyelesaian pembangunan JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang mencapai Rp 101,5 miliar. Asalkan Pemprov DKI mau mengajukan surat permohonan perpanjangan multiyears ke DPRD DKI. "Segera usulkan surat perpanjangan multiyears kepada kami karena anggaran sudah ada dalam APBD tahun ini," kata Sayogo Hendrosubroto Wakil Ketua DPRD DKI. (Kompas 22/4/2013) .........weiiiiiiiiiiiiih.........ngeriiiiiiiiiiiiiiiii......uang rakyat jadi bancaan akhir masa jabatan. Tolooooooong.........KPK.......KPK.......KPK.......ada korupsi berjemaah............kwkwkwkwk. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya jangan salah memilih CALEG di 2014......jangan pilih CALEG yang tidak pro lingkungan......tapi awas juga jangan sampai dikadali oleh CALEG yang berpura-pura pro lingkungan ternyata garong/perusak lingkungan.........kwkwkwkwkwk

Jumat, 19 April 2013

Amburadulnya Penegakan Hukum Di Indonesia

Upaya pembungkaman dan mendiskreditkan Direktur WALHI Sumatera Selatan (Sumsel) Anwar Sadat dan stafnya Dede Chaniago dalam sidang di PN Sumsel Palembang pada tanggal 8/4/2013 adalah suatu pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut. Majelis Hakim dianggap mengabaikan adanya keterangan palsu di bawah sumpah oleh anggota kepolisian daerah Sumsel, Ujang Thabrani dan Indra Gunawan. tutur Mualimin Pardi, Koordinator Tahta sekaligus penasehat hukum terdakwa. Majelis Hakim juga mengkebiri hak para penasehat hukum terdakwa dengan membatasi kuasa hukum mengajukan pertanyaan kepada para saksi yang dihadirkan JPU. Majelis Hakim hanya memberikan tiga orang pengacara untuk bertanya kepada saksi yang dihadirkan JPU. Atas fakta-fakta yang terjadi dalam sidang pada tanggal 8/4/2013 maka patut diduga hakim melanggar Pasal 5 ayat (3) huruf e Peraturan Bersama Nomor : 02/PB/MA/IX/2012 atau 02/PB/P.KY/09/2012 Panduan Penegakan Etika dan Perilaku Hakim, oleh karenanya sudah sepantasnya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini dilaporkan ke Komisi Yudisial (KY).

Jumat, 15 Maret 2013

Diskriminasi Hukum terhadap Pejuang Lingkungan

                                       Foto sidang perdana Anwar Sadat dan Dedek Chaniago

Diskriminasi dan pengkerdilan terhadap pejuang lingkungan di negeri ini yang membela perampasan hak atas tanah rakyat yang semakin massif dilakukan pengusaha dan selalu mendapat perlindungan dari aparat penegak Hukum.
 
Seperti halnya yang terjadi dalam kasus perampasan hak atas tanah rakyat yang diduga dilakukan oleh PTPN VII di Sumatra Selatan dan menjadikan Direktur WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA Sumatra Selatan Anwar Sadat dan Stafnya Dedek Chaniago dijadikan tersangka oleh aparat kepolisian Sumatera Selatan (Polda) setempat.

Perlakuan yang tidak manusiawi terhadap Direktur WALHI Sumsel Anwar Sadat dan stafnya Dedek Chaniago jelas-jelas telah mendiskreditkan dan mengkriminalisasi hak-hak pejuang lingkungan di bumi pertiwi ini padahal jelas-jelas dikatakan dalam Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009 pasal 66 berbunyi “Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun perdata”. 

Dalam sidang perdana di Pengadilan Negeri Palembang Sumatera Selatan tanggal 4/03/2013 terlihat jelas perlakuan diskriminasi yang dilakukan aparat penegak hukum di negeri ini terhadap Direktur WALHI Sumsel Anwar Sadat dan stafnya Dedek Chaniago dengan penggundulan rambut dan memakai seragam tahanan yang lengkap dengan nomor tahanan bagaikan seorang penjahat (criminal) padahal baik Anwar Sadat dan Dedek Chaniago bukanlah penjahat melainkan pejuang lingkungan yang diakui keberadaannya oleh pemerintah Indonesia yakni Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang berdiri pada tahun 1980 di bumi pertiwi ini.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang berbasis di Jakarta memegang mandat yang diturunkan kurang lebih 150 LSM. Tujuan pembentukan WALHI adalah untuk mengkonsolidasikan usaha-usaha konservasi sumber daya alam menumbuhkan kesadaran masyarakat, dan meningkatkan gerakan lingkungan di Indonesia.

Sejak berdirinya, Walhi memperkuat pertumbuhan ratusan lembaga swadaya masyarakat di seluruh Indonesia, serta meningkatkan pengembangan program untuk memperkuat dan mengembangkan kemampuan organisasi-organisasi yang berwawasan lingkungan.

Sungguh ironis apa yang dialami Direktur WALHI Sumsel Anwar Sadat dan stafnya Dedek Chaniago kental dengan rekayasa yang dilakukan penegak Hukum baik Pengadilan maupun Kepolisian di negeri ini padahal bukti pelanggaran yang dilakukan belum tentu benar.

Lain halnya dengan para koruptor dan pelaku pelanggar HAM yang jelas-jelas merugikan Negara dan bahkan menyengsarakan rakyat diperlakukan bagaikan seorang terhormat didepan hukum. Padahal dalam undang-undang dasar tahun 1945 pasal 28D ayat (1) mengatakan bahwa“setiap orang berhak atas pengakuan,jaminan,perlindungan,dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama didepan hukum.
Dalam pasal 28i UUD 45 berbunyi :
  1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.

  2. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

  3. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggungjawab negara, terutama pemerintah.
Dalam Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia pasal 11 berbunyi :
  1. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu tindak pidana dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan yang terbuka, di mana dia memperoleh semua jaminan yang perlukan untuk pembelaannya.

  2. Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan tindak pidana karena perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu tindak pidana menurut undang-undang nasional atau internasional, ketika perbuatan tersebut dilakukan. Juga tidak diperkenankan menjatuhkan hukuman yang lebih berat daripada hukum yang seharusnya dikenakan ketika pelanggaran pidana itu dilakukan.
Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman pasal 4 :
(1) Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.
(2) Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Jelas terlihat diskriminatif terhadap Direktur WALHI Anwar Sadat dan stafnya Dedek Chaniago yang membela rakyat atas tanah rakyat yang diduga dirampas oleh PTPN VII Sumatera Selatan dan tidak ada pihak manapun yang dirugikan atas aksi yang dilakukan pada tanggal 23 Januari 2013 dengan seorang KORUPTOR seperti Gayus Tambunan, Nazarudin dan lainnya pada kasus korupsi yang terbukti merugikan uang Negara????
Kasus Anwar Sadat dan Dedek Chaniago yang jelas-jelas adanya upaya diskriminatif yang dilakukan aparat penegak hukum baik Pengadilan Negeri Palembang dan Kepolisian Sumatera Selatan adalah fakta yang harus ditindaklanjuti siapa dalang dibalik rekayasa semua ini. 

Oleh karenanya Anwar Sadat dan Dedek Chaniago harus dibebaskan Pengadilan Negeri Palembang Sumatera Selatan dari segala tuduhan yang dituduhkan Polda Sumatera Selatan yang diduga penuh rekayasa.

Sungai Ciujung Tercemar Limbah PT. Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP)

                                                  Ilustrasi air sungai ciujung yang menghitam

Laju kerusakan sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan di Indonesia semakin terus meningkat bahkan tidak menunjukkan gejala penurunan.

Rantai kerusakan tersebut kemudian menjalar dan meluas ke sungai, danau, hutan dataran rendah, pantai, pesisir dan laut. Pencemaran air dan udara di kota-kota besar dan wilayah padat penduduk juga telah berada pada ambang yang tidak hanya membahayakan kesehatan penduduk tetapi juga telah mengancam kemampuan pulih dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya hayati. 

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut diantaranya faktor demografis, etika, social, ekonomi, budaya, hingga faktor institusi dan politik.

Kebijakan, rencana dan program pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan yang telah diluncurkan pemerintah sejak empat dekade lalu, tampak tak berarti atau kalah berpacu dengan kecepatan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Salah satu faktor strategic yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah karena portofolio KRP pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan yang diluncurkan pemerintah (KLH di Pusat, atau Bapedalda provinsi/kabupaten/kota) cenderung “terlepas” atau “terpisah” dari KRP pembangunan wilayah dan sektor, tidak menyatu atau tidak terintegrasi.

Implementasi berbagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup, terutama AMDAL, menunjukkan bahwa meskipun AMDAL sebagai salah satu instrumen pengelolaan lingkungan cukup efektif dalam memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan alam rancang-bangun proyek-proyek individual, tapi secara konsep pembangunan menyeluruh, instrumen AMDAL belum memadai dalam memberikan jalan keluar terhadap dampak lingkungan kumulatif, dampak tidak langsung, dan dampak lingkungan sinergistik.

Apa yang terjadi di Serang Banten terkait pencemaran sungai Ciujung yang dilakukan oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP) adalah bukti mandulnya implementasi instrumen pengelolaan lingkungan hidup.

Perusahan yang sudah jelas-jelas melakukan pembuangan limbah yang menyebabkan tercemarnya sungai Ciujung tidak ditindak dengan tegas tetapi malah justru diarahkan agar memperbaiki kesalahannya.
Terlihat jelas dari Rekomendasi yang dikeluarkan KLH RI yang salah satunya berbunyi IKPP harus memperkecil kapasitas produksi disaat musim kemarau. Selain itu, IKPP harus membangun kolam limbah saat musim kemarau atau saat darurat, dan harus mengoptimalkan kinerja instalasi pengolahan air limbah (IPAL) agar memenuhi baku mutu.

Rekomendasi KLH RI jelas-jelas melindungi pengusaha yang telah melakukan kesalahan/perbuatan yang patut diduga disengaja membuang limbah ke sungai Ciujung yang mengakibatkan tercemarnya sungai.
Bahkan adanya upaya mengklasifikasikan sungai Ciujung masuk dalam klasifikasi kelas 4 padahal sejak sebelum beroprasinya perusahaan (PT. IKPP) sungai Ciujung dijadikan sumber air untuk kebutuhan rumah tangga.

Apalagi jika dikaitkan dengan Program Kali Bersih (PROKASIH) yang diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-35/MENLH/VII/1995 tentang Program Kali Bersih yang disahkan pada tanggal 25 Juli 1995.

Program pengendalian pencemaran air merupakan tools atau alat atau instrumen yang dikembangkan untuk mengintegrasikan setiap kegiatan menjadi satu kesatuan instrumen yang digunakan untuk mempercepat proses penaatan, penurunan beban pencemaran air, dan/atau mutu air sasaran yang telah ditetapkan. 

Hingga kini masyarakat sekitar sungai Ciujung tidak mengetahui sejauh mana proses penanganan sungai agar tidak terus dicemari limbah dari perusahaan yang berasal dari PT. Indah Kiat Pulp & Paper tersebut. Masyarakat berharap agar sungai Ciujung kembali normal seperti sedia kala agar warga sekitar dapat memanfaatkan air sungai untuk keperluan rumah tangga dan lainnya.